WACANA SADHU DHARMA DAN DHARMA WECI; REFLEKSI KONFLIK "KAWISESAN" DAN RESOLUSINYA DALAM GEGURITAN BASUR
Keywords:
Kawisesan; Konflik; BasurAbstract
Geguritan Basur (GB) yang cukup familiar di dunia kesusastraan Bali dan dibangun oleh struktur naratif memperlihatkan puncak konflik yang unik. Konflik yang terjadi berhubungan dengan penerapan ilmu kebatinan atau yang disebut dengan "kawisesan". Refleksi konflik "kawisesan" dan resolusinya dalam GB mencakup pertalian antara bahasa, konteks sosial, dan kondisi sosial penutur. Konflik disebabkan oleh penolakan Ni Sokoasti yang tidak komunikatif terhadap lamaran I Gede Basur. Atas kekecewaan tersebut, Basur melancarkan ilmu hitam untuk membalas dendam. Konflik secara langsung terjadi di antara Kaki Balian yang menolong Ni Sokoasti dengan Basur. Kaki Balian menerapkan ilmu putih (dharma sadhu) sedangkan Basur menekuni ilmu hitam (dharma weci). Penyelesaian konflik "kawisesan" pun dilakukan dengan komunikasi yang baik dan juga diperkuat oleh kondisi sosial kedua belah pihak. Penegasan terhadap fungsi masing-masing ilmu kebatinan (kawisesan) dijalankan agar menemukan titik damai. Dharma weci yang dijalankan Basur menunjukkan penyimpangan atas dasar kebenaran dan kewajiban masing-masing. Dan pada akhirnya fungsi yang disalahgunakan mendapat imbas dari sesamanya yang menjalankan fungsi yang serupa dan motif yang sama.