POTENSI BAHASA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK
Keywords:
pandemi Covid-19, resesi ekonomi, pasar linguistikAbstract
Bahasa yang dikaji dalam makalah ini berkaitan dengan peranan linguistik makro dalam usaha meredam konflik yang terjadi di seluruh dunia sebagai akibat pandemi Covid-19. Indonesia yang ditunjuk oleh PBB menjadi Presidensi G20 mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger” (Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat). Khususnya, di Indonesia, konflik yang terjadi tidak dapat dihindari. Pihak oposisi secara keras menginginkan lock down, namun pemerintah mengambil kebijakan untuk tidak melakukan hal itu guna menyelamatkan perekonomian nasional tetapi tetap secara ketat menerapkan Protokol Kesehatan, Vaksinasi1 dan 2, dan Booster. Karena penyelenggaraan Presidensi G20 berlangsung Tahun 2022 ini, dan pada tanggal 17 Agustus 2022 Indonesia memperingati Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Indonesia, tema peringatan pun diselaraskan dengan tema Presidensi G20 tersebut, yaitu “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”. Tema dari kedua ajang tersebut, Internasional dan Nasional, dalam konteks Linguistik Makro, terekan konsep “Bahasa dan Kuasa Simbolik”, yang oleh Bourdieu (1991), lebih dihubungkan dengan apa yang dinamakannya sebagai “Pasar Linguistik”, memenangkan pertempuran melalui potensi Bahasa. Berdasarkan konsep “Pasar Linguistik” itu, lagi-lagi untuk Indonesia, yang menurut Laporan Badan Statistik Nasional pada bulan Agustus 2022 ini, tumbuh mencapai 5,44% sementara banyak negara lain mengalami kebangkrutan. Dengan keberhasilan Indonesia menangani resesi ekonomi tersebut, kemenangan dalam pasar linguistik itu membuat oposisi menjadi bungkam.