https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/issue/feed Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya 2023-12-31T16:22:09+00:00 I Made Sena Darmasetiyawan, S.S., M.Hum., Ph.D. snbsb.fib@unud.ac.id Open Journal Systems https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/755 Lanskap Linguistik Metafora Bahasa Minangkabau dalam Dakwah Agama Islam 2023-12-27T17:59:10+00:00 Oktavianus oktavianus@hum.unand.ac.id <p>Bahasa Minangkabau memiliki peran penting sebagai penanda identitas, cerminan dan penguatan karakter orang Minangkabau. Oleh sebab itu, upaya-upaya pemertahanan bahasa Minangkabau harus dilakukan secara berkelanjutan. Sehubungan itu, kajian ini merupakan suatu upaya untuk meneliti penggunaan metafora dalam bahasa Minangkabau dalam berdakwah. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Lanskap Linguistik. Sumber data kajian ini adalah dakwah oleh Buya Ristawardi Datuak Marajo (BRDTM) yang tersebar luas melalui kanal YouTube. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak bebas libat cakap, diskusi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Metode Padan Intralingual dan Metode Padan Ekstralingual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BRDTM dalam dakwahnya menggunakan image pembentuk metafora dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Pendengar memberikan respon positif terhadap dakwah dengan menggunakan bahasa Minangkabau. Di samping itu, era digital berdampak positif bagi modenisasi dakwah melalui kanal YouTube. Ini merupakan cara yang baik bagi pemertahanan bahasa Minangkabau.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/756 Keberadaan Permukiman Kuno di Kabupaten Tabanan 2023-12-27T18:30:41+00:00 Ni Ketut Puji Astiti Laksmi astiti_laksmi@unud.ac.id Zuraidah zuraidah@unud.ac.id Hedwi Prihatmoko hedwi.prihatmoko@kemdikbud.go.id <p>Permukiman kuno di Kabupaten Tabanan diketahui berdasarkan adanya tinggalan arkeologi dari masa prasejarah hingga masa Bali Kuno yaitu berupa tahta batu, menhir, sarkopagus, arca megalitik, candi, dan fragmen bangunan. Bagaimana pola tata ruang permukiman kuno di wilayah Kabupaten Tabanan merupakan permasalahan yang penting untuk diteliti. Permasalahan tersebut akan diuraikan dengan menggunakan analisis toponimi yaitu dengan memetakan lokasi-lokasi ditemukannya data arkeologi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa faktor kondisi alam dengan orientasi utama pada gunung sebagai daerah tinggi (utama) merupakan acuan dasar pola permukiman kuno di Kabupaten Tabanan di samping adanya faktor keberadaan sumber daya alam sebagai syarat pemenuhan kebutuhan hidup.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/757 Analisis Mimesis dan Framing terhadap Prasasti Raja Bali Kuno [Studi Kasus Kebahasaan dalam Prasasti Raja Guṇapriya dan Dharmmodāyana] 2023-12-27T19:06:55+00:00 W.A. Sindhu Gitananda sindhugitananda@unhi.ac.id I Gde Agus Darma Putra dharmaputra432@gmail.com <p>Kemapanan bahasa Bali Kuno sejak 804 Śaka dapat dilihat dari seni arca, bahasa, birokrasi maupun pola hidup masyarakat yang telah mandiri meski tanpa campur tangan orang luar pemerintahan. Menariknya, penggunaannya berubah pada masa pemerintahan Guṇapriya dan Dharmmodāyana. Penelitian dilaksanakan melalui studi teks dengan metode bandingan untuk melihat pola mimesis dan framing prasasti-prasasti yang dikeluarkan raja Guṇapriya dan Dharmmodāyana. Persoalan yang mengemuka adalah terutama tentang informasi pada prasasti Bali Kuno disajikan oleh pemerintahan. Fenomena tersebut sangat menarik terutama jika dikomparasikan satu sama lain dan dengan data-data lain, seperti prasasti-prasasti yang dikeluarkan semasa pemerintahan Ugrasena untuk melihat perbedaan polanya. Selain itu, pembandingan juga dilakukan prasasti Sukabumi yang menandakan peralihan penggunaan bahasa Sanskṛta menjadi Jawa Kuno pada abad ke-9. Pola yang sama tampaknya ditiru – memperlihatkan ciri-ciri mimesis akibat tren kebahasaan – untuk menegaskan ‘kekuasaan’ Jawa atas produk-produk kebudayaannya di masa Bali Kuno. Selanjutnya, prasasti-prasasti tersebut memperlihatkan hubungan intratekstual, ekstratekstual, intertekstual dan circumtekstual sangat erat dengan kedudukan bahasa Jawa Kuno.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/758 Eksplorasi Teks Budaya Hindu di Lereng Gunung Rahung Kabupaten Banyuwangi Kajian Antropolinguistik 2023-12-27T19:21:39+00:00 Putu Sutama pt_sutama@unud.ac.id Maria Arina Luardini maria_luardini@edu.upr.ac.id <p>Salah satu suku bangsa yang memiliki sejarah kebudayaan yang panjang adalah suku bangsa jawa yang mendiami wilayah Lereng Gunung – Rahung di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banyuwangi-Jawa Timur. Suku jawa di lereng Gunung Rahung diperkirakan telah mengenal baca yulis sejak zaman kerajaan Majapahit, dan oleh sebab itu suku jawa ini memiliki tinggalan budaya berupa tulisan yang disebut sebagai teks Budaya. Peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif dalam studi ini dikarenakan peneliti mendeskripsikan aspek linguistic antropologi. Peneliti menggunakan perspektif atau landasan teori Antropolinguistik yang memandang bahwa teks adalah fenomena kebudayaan yang merupakan aktifitas penggunaan bahasa, bahasa menjadi fokus kajian utama, yang selalu terkoneksi dengan konteks budaya. Hasil penelitian didapatkan adalah bentuk teks yang ditendukan adalah (1) bentuk teks lisan, (2) bentuk teks tertulis, dan (3) bentuk teks simbolik Teks lisan adalah teks yang tidak tertuliskan pada suatu media, tetapi teks itu hidup dalam pikiran komunitas umat Hindu di Lereng Gunung Raung dan bentuk teks tersebut adalah tata nama yang berkategori Nomina yaitu Frase Nomina Atributif yang memiliki struktur Nomina (N1) + Nomina (N2). Kemudian, teks tertulis yaitu teks yang ditulis pada media tertentu seperti papan nama dan tata nama. Lalu, teks simbolik yaitu teks yang tersimpan pada artefak atau situs budaya seperti Candi, Padmasana, dan Arca. Pada teks yang tersebar di wilayah lereng Gunung Raung menyimpan nilai-nilai budaya yaitu (a) Nilai Agama, (b) Nilai Historis, (c) Nilai Sosial, dan (d) Nilai Ideologi.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/759 Ayam Betutu: Strategi Gastro-Tourism dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 sebagai Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa 2023-12-27T19:35:11+00:00 Ni Putu Ratna Dewi Gayatri ratnadewidps@gmail.com Ni Putu Arya Putri Awyawaharika niputuaryaputri@gmail.com <p>Perkembangan revolusi industri 4.0 telah membawa berbagai perubahan signifikan pada nilai budaya suatu masyarakat. Fenomena tersebut dikhawatirkan dapat meruntuhkan nilai-nilai dan budaya yang mencerminkan jati diri suatu bangsa, apabila tidak diatasi dengan bijak. Makanan atau kuliner merupakan salah satu aspek budaya yang paling melekat dalam identitas suatu bangsa. Melalui makanan nilai-nilai dan kekayaan suatu masyarakat tertentu dapat dikenal oleh kelompok masyarakat daerah lainnya. Selain sebagai sebuah hidangan, kuliner juga dapat menjadi suatu daya tarik yang dapat dikembangkan dalam berbagai sektor, salah satunya adalah pariwisata. Keterkaitan antara makanan dan pariwisata sangat mendalam telah sejak lama. Bahkan kuliner khas suatu daerah bisa menjadi daya tarik khusus ketika seseorang memutuskan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata. Sebagai destinasi wisata unggulan, masyarakat Bali telah mengembangkan kuliner tradisional sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan daya tarik wisatawan untuk kembali berkunjung, salah satunya adalah olahan tradisional khas Bali yaitu ayam betutu. Cita rasa ayam betutu yang khas dengan memadukan berbagai kekayaan rempah Nusantara berhasil memikat perhatian dan selera wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pada tahun 2017 ayam betutu bahkan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI). Hal tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap identitas budaya yang diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh jati diri bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan makna olahan ayam betutu sebagai kuliner khas masyarakat Bali, serta perkembanganya sebagai sebuah strategi gastrotourism dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang memungkinkan perkembangan teknologi informasi membentuk borderless world. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dengan menggunakan metode kualitatif dalam pengumpulan datanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam betutu sebagai olahan tradisional khas Bali mampu menjadi strategi dalam memperkenalkan nilai-nilai dan kekayaan budaya bangsa Indonesia melalui pengembangan, pemanfaatan, dan pengolahan yang diadaptasi dan disesuaikan sehingga menjadi hidangan yang berkesan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/760 Pariwisata Budaya Sebagai Wahana Pemertahanan Identitas Kultural 2023-12-27T19:43:37+00:00 Ida Bagus Gde Pujaastawa guspuja@gmail.com <p>Dewasa ini fenomena globalisasi telah melanda masyarakat di berbagai belahan dunia yang menyebabkan mereka dapat saling terhubung dalam berbagai aspek kehidupan, di antaranya aspek politik, ekonomi, dan kultural. Perkembangan sektor pariwisata sebagai industri global merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya akselerasi dan spektrum globalisasi. Berkembangnya sektor pariwisata sebagai industri global tidak saja membuka peluang bagi masyarakat di berbagai belahan dunia untuk meningkatkan pendapatan, tetapi juga dikhawatirkan dapat mengancam ketahanan identitas kultural mereka. Oleh karenanya, kebijakan pengembangan pariwisata seyogyanya tidaklah beroientasi pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga memberi manfaat bagi ketahanan identitas kultural secara berkelanjutan. Pulau Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sudah populer baik di kalangan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Pendapatan dari sektor pariwisata cenderung meningkat dari tahun-ke tahun mengungguli sektor-sektor lainnya. Oleh sejumlah pihak, perkembangan pariwisata Bali yang semakin pesat dikhawatirkan akan menimbulkan ancaman terhadap eksistensi kebudayaan Bali. Kekhawatiran tersebut diekspresikan dalam bentuk jargon seperti “pariwisata untuk Bali, bukan Bali untuk pariwisata”. Dalam jargon tersebut tersirat paradigma pengembangan industri pariwisata di Bali yang diharapkan lebih berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketahanan budaya Bali secara berkelanjutan. Paradigma ini diharapkan dapat menghindarkan Bali dari objektifikasi untuk kepentingan industri pariwisata yang semata-mata bertujuan untuk mengeruk keuntungan ekonomi tanpa memperhatikan dampak sosial budaya dan lingkungan yang ditimbulkannya. Upaya ke arah itu dilakukan dengan menetapkan pariwisata budaya sebagai corak pengembangan pariwisata Bali. Kebijakan ini menyiratkan adanya upaya pendayagunaan kebudayaan Bali sebagai potensi utama dengan menekankan relasi timbalbalik yang saling menuntungkan antara kepariwisataan dan kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis, dan berkelanjutan.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/761 Marapu: Menyusuri Jati Diri Orang Sumba di Tengah Globalisasi 2023-12-27T19:54:22+00:00 Ida Bagus Oka Wedasantara okawedasantara@unud.ac.id Ida Ayu Alit Laksmiwati alit_laksmiwati@unud.ac.id Nissa Puspitaning Adni nissa_adni@unud.ac.id <p>Marapu adalah salah satu penghayat kepercayaan yang keberadaannya eksis di Pulau Sumba. Keberadaan Marapu sesungguhnya sudah ada sejak lama, bahkan sebelum orang Sumba mengenal agama-agama besar seperti Kristen atau Katolik. Sejak ditetapkannya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 97/PUU-XIV/2016, jati diri orang Sumba sebagai penganut Marapu semakin bertahan dari berbagai praktik diskriminatif yang dialami sejak lama. Penelitian telah dilakukan melalui pendekatan etnografi dengan mengobservasi dan mewawancarai informan-informan yang dipilih secara purposif, satu diantara beberapa informan adalah Rato Rumata selaku imam Marapu sekaligus pemimpin adat seluruh kabisu (klan) orang Sumba yang ada di Kampung Tarung. Data lapangan yang berhasil terkumpul, kemudian dielaborasi dengan berbagai referensi untuk menghasilkan analisis data yang disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana penganut Marapu mampu mempertahankan jati dirinya selama ini dari berbagai praktik diskriminatif yang notabene bersifat persuasif. Penyusuran juga memperlihatkan adanya korelasi antara globalisasi terhadap konstruksi jati diri orang Sumba yang berimplikasi terhadap keagamaannya.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/762 Tradisi Persembahan Kepada Ida Bhatara Bagus Kebo Iwa di Desa Bedha Kerambitan Tabanan 2023-12-28T10:44:11+00:00 I Nyoman Weda Kusuma weda_kusuma@yahoo.com <p>Desa Bedha terletak di Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Disana ada tradisi khas yang tidak ditemukan di desa adat lain di Bali. Di Pura Puseh (Salah satu Pura Kahyangan Tiga selain Pura Dalem dan Pura Desa) Desa Adat tersebut di Madya Mandalanya (Pura di Bali dipilah menjadi tiga bagian; Nista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala) terdapat Pelinggih Ida Bhatara Bagus Kebo Iwa. Beliau diyakini oleh masyarakat di Desa Bedha membangun sebuah benteng pertahanan Bali dari serangan Majapahit. Karena Sumpah Palapa Gajah Mada yang ingin mempersatukan Nusantara, dalam pertemuan kedua tokoh itu, Kebo Iwa mengalah dan tunduk kepada Majapahit tanpa pertumpahan darah. Atas pengorbanan dirinya yang lascarya (tulus iklas) masyarakat di desa itu mengarcakan beliau di Madya Mandala Pura Puseh Desa Adat setempat. Selanjutnya sebagai wujud penghormatan masyarakat, setiap enam bulan (Bulan Bali) yakni setiap 210 hari sekali dipersembahkan upacara Piodalan (upacara hari peringatan selesainya pembuatan Pelinggih). Ketulus-iklasan Kebo Iwa membangun dan mengorbankan dirinya diaplikasikan oleh pemimpin Adat di desa tersebut dalam membangun masyarakatnya agar sejahtera.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/763 Orang Melayu, Kemelayuan dan “Menjadi Melayu”: Dinamika Bahasa, Budaya dan Masyarakat di Perbatasan Asia Tenggara 2023-12-28T15:37:08+00:00 I Ketut Ardhana phejepsdrlipi@yahoo.com Ni Wayan Radita Novi Puspitasari dita_puspitasari88@yahoo.hotmail <p>Bahasa, budaya dan masyarakat adalah tiga aspek penting dalam memperkokoh jati diri bangsa. Ketiga aspek ini memiliki peran dan fungsi yang di satu pihak dapat mengintegrasikan, namun di pihak yang lainnya dapat mengarah ke permasalahan riak-riak sosial dan cenderung menjurus ke permasalahan disintegrasi bangs ajika memiliki peran dan fungsi yang disalahgunakan. Tulisan ini membahas ketiga aspek ini diantara terpusat pada tiga haitu, pertama bagaimana masyarakat terbelah ketika munculnya negara modern, kedua apa yang hendaknya diperjelas untuk dipahami ketika sebuah ostilah diperkenalkan sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan antara yang menganggap diri mereka superior di satu pihak dan dianggap inferior di pihak yang lainnya, ketiga bagaimana memaknai agar perbedaan itu dapat berkontribusi ke arah penguatan jati diri bangsa. Diharapkan melalui kajian ini dapat diperkuat hubungan antar bangsa dalam konteks penguatan relasi bahasa, budaya dan masyarakat di perbatasan.</p> 2023-12-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/765 Pemartabatan Bahasa Daerah Sebagai Penguatan Jati Diri Bangsa 2023-12-28T18:01:53+00:00 I Ketut Darma Laksana ketutdarmalaksana@gmail.com <p>Makalah ini bertujuan mengkaji seperti apakah pemartabatan bahasa daerah dilakukan oleh masyarakat penuturnya. Seperti diketahui, Indonesia terdiri atas ratusan bahasa daerah. Di antara ratusan bahasa daerah itu, masing-masing memiliki cara tersendiri dalam pemartabatannya. Dalam hal ini, bahasa Bali yang dijadikan objek kajian, memiliki kekhasannya. Untuk mengungkap kekhasan itu diterapkan metode penelitian sosial mutakhir dan metode penelitian lapangan. Dengan metode yang pertama, pemartabatan bahasa daerah itu dipengaruhi oleh kuasa pejabat daerah dengan ditandai oleh perubahan paradigma. Sementara itu, dengan metode yang kedua diperoleh tata cara pemartabatan yang ditandai oleh konsepsi etnografis bahwa pemuliaan aksara Bali telah menggeser huruf Latin, dan penempatannya di atas nama-nama yang ditulis dengan huruf Latin. Hal itu telah menandai adanya penguatan jati diri bangsa karena huruf Latin bukan produk asli orang Bali.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/766 Gaya Penulisan pada Komik Action Comics Kureyon Shinchan 2023-12-28T19:51:48+00:00 I Gede Oeinada gede.oeinada@unud.ac.id <p>Komik merupakan salah satu karya sastra yang ditujukan bagi kalangan anak-anak. Oleh karena itu, gaya penulisan pada komik pun memiliki suatu karakteristik tersendiri yang berbeda dengan jenis karya sastra lainnya seperti cerpen dan novel. Tulisan ini mengangkat topik kajian berupa gaya penulisan yang diterapkan dalam sebuah action comics yang terkenal yaitu Kureyon Shinchan. Sumber data yang digunakan adalah Action Comic Kureyon Shinchan Volume 1. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yang bertujuan untuk menemukan karakteristik gaya penulisan yang digunakan dalam komik tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik gaya penulisan komik Jepang dapat dilihat dari beberapa hal seperti cara baca huruf kanji yang berbeda dari biasanya, penggunaan kalimat-kalimat biasa (futsuu-tai) dan tidak lengkap.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/767 Tonil “Rendo” karya Bung Karno (1934 - 1938): Kajian Antropologi Sastra dan Fungsinya Bagi Pengembangan Pariwisata di Ende Flores 2023-12-28T20:00:18+00:00 Maria Matildis Banda mbanda574@gmail.com I Ketut Nama kt_nama@unud.ac.id I Wayan Tagel Edy tagel_eddy@unud.ac.id <p>Artikel ini membahas khusus tonil “Rendo” karya Soekarno (1934 – 1938). Tonil “Rendo” ditulis berdasarkan mitos tentang tokoh Rendo Rate Rua atau Dua Makam Rendo, makam gadis cantik yang tewas akibat menolak cinta Ndokerua. Masalah yang dibahas: rangkaian dramatik Rendo, kajian antropologi, dan fungsinya bagi pengembangan pariwisata di Ende. Penggalian data pustaka dan data lapangan dilakukan demi mendapatkan gambaran tentang latar daerah dan pariwisata. Teori yang digunakan adalah teori antropologi sastra yang diawali dengan analisis struktur dramatik tonil Rendo, dan kajian wacana kritis Fairclough. Hasilnya menjelaskan bahwa mitos Rendo Rate Rua dipercaya sebagai ekspresi kesucian perempuan dengan adanya dua makam yang diyakini sebagai makam Rendo. Rangkaian dramatik Rendo diungkapkan dalam tiga langkah pembukaan, penanjakan, dan klimaks untuk puncak cerita, peleraian, dan solusi. Kajian antropologi menjelaskan tentang latar sosial budaya, keindahan daerah, makna tonil, serta fungsinya bagi pembangunan pariwisata di Ende Flores.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/768 Pentingnya menggunakan Eksperimen dalam Studi Linguistik 2023-12-28T20:10:09+00:00 I Made Sena Darmasetiyawan sena.darmasetiyawan@gmail.com <p>Dengan perkembangan teknologi yang ada, studi-studi linguistik telah secara signifikan berubah ke arah pentingnya metodologi kuantitatif untuk menekankan temuan yang diperoleh secara kualitatif. Walaupun perkembangan ilmu linguistik tergolong cukup lambat dalam puluhan tahun belakangan, kejadian penting seperti pandemi dan perkembangan sosial media telah memacu bahasa-bahasa dan aspek-aspek linguistiknya ke tingkatan dimana penggunaannya dapat memberikan lebih banyak dampak. Hal ini benar adanya apabila dilihat di Indonesia, mengingat perkembangan jumlah penduduknya (yang sejalan dengan jumlah penuturnya; secara nyata maupun pada ranah online). Sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah bahasa (keragaman) terbanyak di dunia, melakukan penelitian linguistik di Indonesia dapat memberikan beberapa keuntungan dalam hal pemerolehan data mentah dan observasi pada dampak atau aplikasi dari penelitian. Mengingat pentingnya argumen kuantitatif untuk memperkokoh temuan penelitian linguistik, beberapa aspek penting yang mengikuti seperti prosedur, data, dan penggunaan responden akan menjadi titik berat dalam celah kelemahan penelitian, yang mana nantinya celah ini dapat menguntungkan kemajuan klaim-klaim lain secara teoritis. Dengan kata lain, penekanan-penekanan pada aspek-aspek ini terlihat sangat serupa dengan karakteristik-karakteristik dari penerapan eksperimen yang biasanya dilakukan pada ranah psikologi. Maka dari itu, studi ini mencoba untuk mengulas beberapa temuan pada studi-studi linguistik dan mencoba melihat penerapan metodologi yang mengacu pada tingkatan kebaruan penelitian tersebut.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/769 Sentimen Negatif, Jati Diri Baru Era Digital? 2023-12-28T20:16:15+00:00 I Gusti Ngurah Parthama ngurah_parthama@unud.ac.id Ni Ketut Alit Ida Setianingsih ida_setianingsih@unud.ac.id Ni Luh Kade Yuliani Giri yuliani_giri@unud.ac.id <p>Artikel ini mendeskripsikan pemakaian sentimen negatif dalam berbagai ragam di media sosial dalam kaitan dengan penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa di media sosial menjadi hal menarik untuk dianalisa dalam konteks komunikasi digital. Kehadiran media sosial memberikan kesempatan para penggunanya berhubungan dengan orang lain dengan beragam cara, seperti postingan status, postingan foto, video pendek, dan lainnya. Salah satu adalah dengan penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa terutamanya bahasa tulis menjadi media komunikasi dan ekspresi para penggunanya. Hal itu memudahkan pengguna media sosial terlibat saat memberikan komentar, pendapat, pertanyaan, kritikan, maupun bentuk komunikasi lain. Hanya saja, keterlibatan pengguna media sosial saat ini justru menimbulkan kontradiktif di tengah kebebasan berekspresi di media sosial. Komentar, kritik, maupun pendapat lebih dominan berupa sentimen negatif. Sumber data diambil dari komentar terhadap informasi terkait penanganan pandemi Covid-19 di media sosial Facebook. Data berupa seluruh komentar pada postingan tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dengan melibatkan teknik simak, pencatatan, dan pengklasifikasian data. Selanjutnya metode kualitatif diterapkan pada analisa data. Simpulan yang diperoleh adalah sentimen negatif sangat dominan dari keseluruhan komentar pada postingan. Sentimen negatif pengguna media sosial berisikan opini, tudingan, atau kecurigaan terhadap informasi terkait pandemi Covid-19. Dominasi sentimen negatif menjadi indikasi awal bahwa pengguna media sosial sangat tidak percaya dan apriori terhadap penanganan Covid-19 oleh pemerintah. Hal tersebut tentunya menjadi pertanyaan penting mengingat pemerintah adalah pembuat dan pelaksana regulasi. Sehingga menjadi sangat tidak relevan ketika kebijakan pemerintah justru menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat serta memunculkan kekhawatiran kebiasaan berkomentar negatif sebagai identitas baru di era digital.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/770 Awal Mula Timbulnya Bahasa: Kajian Linguistik Historis 2023-12-28T20:24:41+00:00 I Gusti Ngurah Mayun Susandhika ngurahandhika06@gmail.com Made Sri Satyawati srisatyawati@unud.ac.id <p>Perkembangan bahasa tidak bisa dilepasakan dari pemiliknya, yakni manusia. Berdasarkan penggalian-penggalian arkeologis dan ahli-ahli purbakala menyadari kehadiran makhluk yang mirip manusia (hominoid). Makhluk itu sudah ada beberapa juta tahun yang lalu. Para ilmuwan berspekulasi bahwa hominoid sudah mampu berkomunikasi, tetapi masih dalam tahapan prabahasa sehingga belum bisa disebut bahasa. Selanjutnya, bahasa yang sesungguhnya baru timbul (lebih) kemudian. Jacob berpendapat bahwa perkembangan penting baru terjadi sejak homo sapiens. Namun, perkembangan bahasa yang pesat barulah pada zaman pertanian. Oleh karena tidak adanya data tertulis mengenai timbulnya bahasa umat manusia, bermunculanlah bermacam-macam teori mengenai hal itu, seperti teori tekanan sosial, onomatopetik/ekoik, kontrol sosial, kontak, dan teori Hockett-Ascher.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/771 Jalur Kereta Api Rogojampi – Benculuk sebagai Bukti Adanya Globalisasi dan Imperialisme Budaya Transportasi Awal Abad XX di Banyuwangi 2023-12-28T20:29:27+00:00 Rochtri Agung Bawono agung_bawono@unud.ac.id Ni Ketut Puji Astiti Laksmi astiti_laksmi@unud.ac.id <p>Kemajuan teknologi dan kebutuhan transportasi yang cepat akan memicu adanya perubahan dan pembangunan. Salah satunya yaitu pemanfaatan kereta api di Pulau Jawa. Pembangunan jalur kereta api pertama di Pulau Jawa terjadi pada 1864 yang menghubungkan Kota Semarang ke Vorstenlanden (Solo-Jogja). Peristiwa tersebut akhirnya memicu terjadinya pembangunan jalur-jalur kereta lain di berbagai kota baik yang dibiayai oleh Pemerintah Hindia Belanda maupun swasta. Artikel ini bertujuan mengungkapkan proses munculnya budaya transportasi baru di Banyuwangi akibat pengaruh globalisasi dan imperialisme terutama berdasarkan buktibukti arkeologi yang ditemukan. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan studi Pustaka, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan pendekatan historical archaeology. Berdasarkan data arkeologi dan sejarah, diperoleh simpulan bahwa jalur kereta api Rogojampi-Benculuk dibangun oleh Staatsspoorwegen Oosterlijen dalam 2 tahap yaitu jalur Rogojampi ke Srono pada 1921 dan jalur Srono ke Benculuk dilanjutkan pada 1922. Terbukti bahwa masifnya perkembangan teknologi berdampak positif terhadap kemajuan suatu wilayah dengan tujuan pembangunan berdasarkan karakter wilayahnya. Pengaruh globalisasi dan imperialisme tersebut turut mengubah cara pandang masyarakat terhadap sarana transportasi yang sebelumnya memanfaatkan kereta kuda atau pedati menjadi kereta api yang digerakkan oleh mesin. Adanya sarana jalur tersebut juga turut mengubah budaya transportasi dan mulai memanfaatkannya sebagai salah satu alternatif dalam bepergian.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/772 Flora dan Fauna dalam Kakawin Purwaning Gunung Agung 2023-12-28T20:33:59+00:00 I Ketut Eriadi Ariana eriadiariana@unud.ac.id I Ketut Jirnaya ketut_jirnaya@unud.ac.id <p>Kakawin Purwaning Gunung Agung banyak mewacanakan lingkungan Bali, tidak kecuali pada flora dan fauna. Hadirnya berbagai jenis tanaman dan satwa dalam teks berpeluang memberikan informasi terhadap keanekaragaman hayati Bali serta cara pandang masyarakat Bali padanya. Kajian ini mencoba menelusuri eksistensi flora dan fauna di dalam Kakawin Purwaning Gunung Agung serta makna-makna yang direpresentasikan oleh unsur ekologis itu. Hasil penelusuran dapat digunakan untuk memberi gambaran terkait keanekaragaman hayati di Bali serta bagaimana masyarakat Bali memaknainya. Kajian menggunakan metode kepustakaan yang dibantu dengan teknik pembacaan, penerjemahan, dan pencatatan. Masalah dianalis menurut cara pandang ekologi sastra. Hasil kajian menunjukkan eksistensi berbagai spesies tumbuhan dan hewan dalam Kakawin Purwaning Gunung Agung. Mereka bermakna secara sosial, religius, dan ekologis bagi masyarakat Bali. Pemaknaan terhadap flora-fauna tersebut dapat digunakan sebagai media melestarikan keanekaragaman hayati Bali di tengah berbagai tantangan krisis ekologis saat ini.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/773 Implementasi Ideologi Pancasila Dalam Masyarakat Multikultural di Padang Indah 2023-12-28T20:40:00+00:00 Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo fransiska_dewi@unud.ac.id <p>Dalam kehidupan masyarakat multikultural membutuhkan identitas nasional dalam era globalisasi. Idealnya dengan kemajuan zaman yang serba cepat dan canggih dapat memperkuat persatuan dan kesatuan namun dalam kenyataannya justru masyarakat terancam dalam kehilangan jati diri sebagai bangsa karena terpengaruh hedonisme, memudarnya rasa nasionalisme, memudarnya sikap gotong royong, serta memudarnya sikap sopan santun di kalangan generasi muda. Untuk memperkuat jati diri bangsa dapat dimulai dari penguatan pemahaman Pancasila di lingkungan sekitar seperti yang tercermin dalam kehidupan masyarakat multikultural di salah satu dusun yakni Padang Indah di Desa Padang Sambian Klod Denpasar Bali. Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini bagaimana implementasi ideologi Pancasila dalam kehidupan masyarakat di Dusun Padang Indah yang masyarakatnya multikultural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Sumber yang digunakan dari studi pustaka dan wawancara mendalam dengan tokoh dan warga masyarakat di Dusun Padang Indah. Konsep yang digunakan dalam menganalisis permasalahan adalah konsep Pancasila sebagai jati diri bangsa. Simpulan dari makalah ini adalah masyarakat dusun Padang Indah telah mengimplementasikan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari namun diperlukan sosialisasi secara rutin agar dapat memperkokoh jati diri sebagai masyarakat multikultural yang beragam sehingga tercipta harmoni sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/774 Ujaran Kebencian dan Hoax Perspektif Karya Sastra Klasik: Kajian Linguistik Forensik 2023-12-28T20:44:29+00:00 Putu Eka Guna Yasa guna_sasda@yahoo.co.id <p>Kasus yang berkaitan dengan ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoax) cenderung merebak dalam momentum transisi kekuasaan. Pada tahun 2018, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menetapkan 18 tersangka yang terbelit kasus ujaran kebencian di media sosial menjelang pemilihan umum. Kasusnya beragam, mulai dari penghinaan kepada tokoh agama, penghinaan terhadap pemerintah atau badan usaha, pencemaran nama baik, hingga isu yang berbasis pada suku, agama, ras, dan antargolongan atau SARA. Di tengahtengah masyarakat Indonesia yang multietnis, isu-isu seputar SARA berpotensi memecah belah kedaulatan NKRI. Tidak hanya itu, penyebaran berita bohong atau hoax di media sosial semakin massif. Bahkan dimanajemen oleh kelompok-kelompok tertentu untuk berbagai kepentingan seperti politik, ekonomi, dan yang lainnya. Kasus ujaran kebencian dan berita bohong bukanlah fenomena yang baru terjadi saat ini. Sejumlah karya sastra klasik seperti Kakawin Rāmāyana dan Bharata Yuddha telah mengandung konsep-konsep tersebut. Artikel ini secara lebih khusus akan melihat fonemena ujaran kebencian dan berita bohong dalam karya-karya sastra klasik menggunakan Teori Linguistik Forensik. Teori akan diterapkan untuk membedah bentuk-bentuk ujaran kebencian dan hoax, figur yang melakukan tindak kejahatan berbahasa itu, dan motivasi yang melatarbelakanginya. Dengan menggunakan sumber sastra klasik pada saat yang bersamaan akan didapatkan berbagai ajaran tentang ujaran yang diwariskan oleh para leluhur untuk dijadikan sebagai suluh kehidupan di zaman sekarang.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/775 Motivasi Belajar Mahasiswa Public Speaking pada Prodi Sastra Inggris Universitas Udayana 2023-12-28T20:48:16+00:00 Ni Ketut Sri Rahayuni sri_rahayuni@unud.ac.id <p>Penelitian ini berjudul Motivasi Belajar Mahasiswa Public Speaking Prodi Sastra Inggris Universitas Udayana. Mata kuliah Public Speaking merupakan salah satu mata kuliah yang diharapkan dapat dikuasi mahasiswa untuk kemudian hasilnya dapat diterapkan baik saat mengikuti mata kuliah lainnya di semester berikutnya maupun disaat mereka sudah bekerja nantinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi mahasiswa tentang motivasi mereka dalam belajar mata kuliah Public Speaking dan juga untuk memahami model pembelajaran yang tepat. Bahasa Inggris yang diharapkan dipahami dan dipelajari adalah Public Speaking yang dapat diterapkan oleh mahasiswa nantinya pada dunia kerja. Penelitian ini menjadi penting untuk dapat dilakukan dalam rangka mencari tahu mengenai motivasi belajar mahasiswa dan juga bagaimana model pembelajaran yang tepat yang dapat diaplikasikan pada mata kuliah Public Speaking. Terdapat 25 mahasiswa dari prodi Sastra Inggris, Universitas Udayana menjadi sumber data dalam penelitian ini. Metode kualitatif akan diterapkan dalam penelitian ini. Kuesioner dan juga wawancara semi struktur akan digunakan dalam membantu mengumpulkan data daslam penelitian ini. Dalam proses analisis data akan digunakan model statistik dasar dengan menggunakan hasil kuesioner pada mahasiswa. Untuk data dari hasil wawancara akan dianalisis dengan model Flow dari Miles dan Huberman.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/776 Transformasi Kakawin Lubdaka Kedalam Komik Lubdaka 2023-12-28T20:51:36+00:00 I Made Suastika madesuastika@yahoo.com <p>Dalam komik lubdaka disebutkan oleh pengarang sebagai mitos peleburan dosa. Cerita bergambar dimulai dari gambar rumah, ada bale gde, ada sanggah (meru), ada rumah modern beratap genteng didepannya. Ada pintu keluar rumah dan beberapa tanaman menghiasi halaman depan rumah. Dibawahnya bergambar sebuah rumah sederhana saka enam dengan bentuk limasan, yang diasosiasikan rumah lubdaka dan gambar gambar orang yang diperkirakan tokoh Lubdaka. Halaman berikutnya bergambar tokoh Lubdaka memegang busur. Lubdaka akan berangkat berburu, disampingnya ada istrinya dan berkata Pak pulang bawa kidang ya, saya ingin memakan dagingnya. Selanjutnya cerita berjalan sampai bagian akhir tampak atmanya Lubdaka sudah disorga Bersama dewa Siwa. Maka Ketika itu disebutkan dalam ringkasan (simpulan) malam siwalatri, malam peleburan dosa. Semua insan yang melakukan tri barata yaitu jagra, mona, upawasa dan puja kesempatan melebur dosadosanya. Kajian ini menggunakan teori transformasi karena teks gambar komik Lubdaka mengambil ide cerita dari kakawin lubdaka (siwa latri kalpa) sebagai sumbernya.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/777 Aspek-Aspek Sosial dalam Cerpen Nyentana Karya Pande Putu Alit Antara 2023-12-28T20:56:17+00:00 Anak Agung Ayu Ngurah Intan Paramitha ayungurahintanparamitha@gmail.com Kadek Utari Rani Pratiwi raturaniratu@gmail.com <p>Penelitian ini berjudul “Aspek-aspek Sosial Dalam Cerpen Nyentana Karya Pande Putu Alit Antara”. Penelitian ini terdapat unsur struktural yang bertujuan untuk mendeskripsikan aspekaspek sosial yang terkandung didalamnya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dan teori sosiologi sastra. Pada tahap penyediaan data menggunakan (1) metode dan teknik penyediaan data, (2) metode dan teknik analisis data, dan (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis dibantu dengan teknik penerjemahan. Teknik penerjemahan digunakan untuk menerjemahkan data yang diperoleh dari sumber data yaitu dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode kualitatif. Pada tahap penyajian hasil analisis terdapat metode informal. Dalam penelitian ini, unsur struktural dan sosiologi sastra terdapat dalam Cerpen Nyentana karya Pande Putu Alit Antara yang meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, amanat, serta aspek percintaan, aspek budaya, aspek keagamaan.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/778 Multilingualitas sebagai Media Negosiasi Budaya Komunitas Diaspora Bali dalam Masyarakat Multikultural di Kabupaten Banyuwangi 2023-12-28T21:03:01+00:00 Nanang Sutrisno sutrisno@unud.ac.id Ni Made Wiasti wiasti@unud.ac.id Sang Ayu Isnu Maharani isnu_maharani@unud.ac.id <p>Komunitas diaspora Bali di Kabupaten Banyuwangi datang secara bergelombang sejak abad ke-18. Mereka tetap mempertahankan identitas budaya Bali dan agama Hindu di tengah-tengah mayoritas Muslim. Mereka tinggal secara berkelompok pada sejumlah pemukiman ‘Kampung Bali’ di tiga wilayah berbeda, yaitu Kelurahan Peganjuran, Desa Patoman, dan Desa Watukebo. Keberadaan komunitas diaspora Bali menghadirkan fenomena multilingualitas yang menarik karena mereka mampu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa Bali, Jawa, Osing, dan Madura. Studi ini bertujuan untuk mengkaji proses konstruksi, fungsi, dan makna multilingualitas sebagai media negosiasi budaya komunitas diaspora Bali dalam masyarakat multikultural di Kabupaten Banyuwangi. Studi ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan antroplinguistik yang mencermati penggunaan dan fungsi bahasa dalam masyarakat. Landasan teori yang digunakan adalah teori konstruktivistik, fungsi bahasa, dan harmoni sosial. Teknik pengumpulan data melalui observasi, simak-rekam, dan wawancara mendalam. Data dianalisis secara deskriptif-interpretatif melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan simpulan. Data diintrepretasikan dengan metode thinking and reflecting dan thinking of thought. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa proses konstruksi multilingualitas melibatkan pembelajaran bahasa daerah melalui sosialisasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Fungsi multilingualitas mencakup fungsi sosial, budaya, dan pendidikan. Makna multilingualitas mencakup makna legitimasi, integrasi, dan kohesi sosial. Temuan studi ini bahwa multilingualitas memiliki peran penting sebagai media negosiasi budaya diaspora Bali dalam masyarakat multikultural di Kabupaten Banyuwangi.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/779 Signifikansi Bahasa Bali sebagai Unsur Pembentuk Identitas Manusia Bali 2023-12-28T21:08:26+00:00 Putu Wahyu Widiatmika wahyu.9b@gmail.com Ida Bagus Made Ari Segara arisegaraib@gmail.com Ni Made Yunita Widya Kusuma yunitawidya48@gmail.com <p>Perkembangan teknologi membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan. Dampak dari perkembangan teknologi membantu manusia dalam bidang ekonomi, pendidikan, budaya, dan lainnya. Namun di samping dampak positif yang membantu kehidupan manusia, nyatanya perkembangan teknologi juga memberikan pengaruh negatif dalam kehidupan. Banyaknya tren luar yang masuk bersamaan dengan pengaruh teknologi, menyebabkan perubahan pandangan terhadap kehidupan. Tidak jarang, perubahan pandangan ini juga menyebabkan perubahan identitas diri yang seharusnya dibentuk dari kebudayaan tempat lahir dan dibesarkan. Bahasa menunjukkan bangsa merupakan peribahasa yang menjadi bukti bahwa identitas manusia dapat dikonstruksi melalui penggunaan bahasa, sehingga bahasa memiliki posisi vital bagi eksistensi seseorang, dan bagi bangsa dalam lingkup yang lebih luas. Bahasa Bali, sebagai bahasa daerah di Pulau Bali, merupakan salah satu sendi kebudayaan yang menjadi tonggak identitas manusia Bali. Namun, nyatanya penggunaan bahasa Bali tergeser oleh bahasa lainnya sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai sikap penutur terhadap signifikasi bahasa Bali sebagai identitas manusia Bali. Penelitian ini membahas mengenai sikap penutur terhadap signifikasi bahasa Bali, serta penggunaan bahasa Bali di masyarakat sebagai refleksi identitas manusia Bali. Metode penelitian menggunakan metode campuran, yakni metode kuantitatif dan kualitatif dengan menyebarkan kuisioner kepada 100 orang Bali. Teori yang digunakan adalah teori sosiolinguistik, khususnya teori sikap bahasa, bahasa dan identitas, dan konteks. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Bali memiliki persepsi yang positif terhadap posisi bahasa Bali sebagai identitas manusia Bali. Persepsi tersebut ditunjukkan melalui sikap kognitif, afektif, dan konatif yang dinilai pula positif oleh mereka. Sikap ini ditunjukkan dengan 53% responden menyatakan bahwa bahasa Bali memiliki posisi yang signifikan terhadap identitas manusia Bali. Signifikansi bahasa Bali sebagai identitas manusia Bali juga didukung dengan unsur kebahasaan dalam bahasa Bali yang merefleksikan nilai agama Hindu dan budaya Bali.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/780 Pelestarian Cagar Budaya Arkeologi sebagai Implementasi Pemahaman Jati Diri dan Pembentukan Karakter Bangsa 2023-12-28T21:12:29+00:00 Ni Wayan Herawathi niwayanherawathi@gmail.com <p>Pembangunan bangsa Indonesia terus bergulir sepanjang hayat kehidupan bangsa dan negara, bertujuan untuk mencapai cita-cita proklamasi yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu masyarakat adil dan makmur. Adil sebagai pemerataan kesejahteraan lahir bathin, sedangkan makmur dalam artian sejahtera dalam segala aspek kehidupan, gemah ripah loh jinawi. Di sisi lain pembangunan tidak hanya bersifat phisik tetapi juga pembangunan mental, jati diri dan karakter bangsa. Mental yang luhur, jati diri yang berintegritas budaya bangsa, serta memiliki karakter berupa pancaran diri bangsa yang kuat, berakar dari segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia/nusantara. Salah satu bidang pembangunan mental yang sangat harus di tempa efektif adalah pembangunan di bidang budaya yaitu pelestarian cagar budaya arkeologi sebagai implementasi pemahaman jati diri dan pembentukan karakter bangsa. Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari tinggalan-tinggalan kuna untuk tujuan merekontruksi sejarah, proses dan tingkah laku masyarakat/leluhur di masa lampau, dari masa awal kehidupan nenek moyang yaitu dari masa prasejarah, sejarah, klasik, kolonial, perjuangan melawan penjajahan, kemerdekaan, sampai pada batas akhir 50 tahun yang sudah tentu benda tersebut harus memiliki nilai penting bagi jamannya/kehidupan masyarakat pendukungnya. Sangat luhur tugas yang diemban para arkeolog dalam usaha mengartipentingkan cerita/nilai yang tersirat dalam sebuah benda cagar budaya, sehingga perlu perjuangan yang gigih dalam menggali/menemukan, menginventaris, meregistrasi, mengklasifikasi, mengkaji, memahami serta menginterpretasi cagar budaya tersebut ke dalam budaya daerah, dan budaya nasional sebagai puncak-puncak budaya daerah. Inilah jati diri bangsa yang perlu diketahui, dan disampaikan melalui berbagai cara publikasi yang efektif, sehingga tumbuh karakter bangsa yang adiluhung, welas asih dan beradab.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/781 Aspek-Aspek Sosial dalam Cerpen Tresna Sujati Karya Ni Kadek Rima Widiasri Krisna Dewi: Kajian Sosiologi Sastra 2023-12-29T04:15:52+00:00 Ni Wayan Sumiati sumiatiwyn01@gmail.com Anak Agung Istri Anom Sarita Yudha Putri gungsarita0304@gmail.com <p>Penelitian ini berjudul "Aspek-Aspek Sosial dalam cerpen Tresna Sujati Karya Ni Kadek Rima Widiasri Krisna Dewi: Kajian Sosiologi Sastra". Kajian ini bertujuan untuk mengetahui struktur yang membangun cerpen Tresna Sujati, untuk mengetahui aspek-Aspek sosial dalam cerpen Tresna Sujati. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Tahap pengumpulan data menggunakan metode simak. Data yang terkumpul diperoleh dengan teknik baca dan teknik catat. Tahap analisis data menggunakan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analitik. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal dengan teknik deduktif. Struktur yang membangun cerpen Tresna Sujati terdiri dari; insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Pada cerpen Tresna Sujati ini terdapat empat aspek sosial diantaranya: Aspek Percintaan, Aspek Kesetiaan, Aspek pendidikan, dan Aspek Ekonomi. Pada aspek kesetiaan dibagi menjadi dua, yaitu Satya Semaya dan Satya Wacana.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/782 Citraan pada Hikayat Sultan Ibrahim 2023-12-29T04:29:20+00:00 I Ketut Nama kt_nama@unud.ac.id <p>Hikayat Sultan Ibrahim mengisahkan kehidupan tokoh Sultan Ibrahim yang meninggalkan negerinya, kerajaan Irak; meninggalkan segala kekuasaan, kemewahan duniawi, untuk menjalankan kehidupan sebagai seorang fakir (sufi). Setelah melewati berbagai cobaan yang cukup berat, Sultan Ibrahim kemudian berhasil menjadi seorang sufi sejati, seorang yang telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai hikayat yang memuat unsur fantasi, pada Hikayat Sultan Ibrahim dijumpai sejumlah citraan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan fungsi citraan pada hikayat tersebut. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka, mengkaji teks tertulis dengan pendekatan hermeneutik. Berdasarkan analisis dapat dijumpai sejumlah citraan pada Hikayat Sultan Ibrahim, di antaranya (1) citraan gerak, (2) citraaan penglihatan, (3) citraaan pendengaran, (4) citraan penciuman, (5) citraaan pencecapan, dan (6) citraaan intelektual. Fungsi citraan meliputi (a) memperjelas gambaran, (b) membangkitkan suasana khusus, dan (c) membangkitkan intelektualitas pembaca.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/783 Geguritan Kedis: Potret Keragaman Burung berbasis Kebudayaan Bali 2023-12-29T10:32:50+00:00 I Kadek Surya Jayadi surya.jayadi@unud.ac.id Anak Agung Inten Asmariati inten_asmariati@unud.ac.id Anak Agung Ayu Dewi Girindrawardani dewigirindra69@gmail.com <p>Ada banyak karya seni di Bali yang menjadikan keindahan burung sebagai sumber ilham. Geguritan Kedis merupakan salah satunya. Karya tersebut merupakan karya sastra puisi tradisional Bali bergenre geguritan, yang bentuknya menyerupai langgam sastra macapat di Jawa. Ada ratusan judul karya sastra geguritan di Bali. Dari ratusan itu, beberapa di antaranya menjadikan burung sebagai ilham penciptaannya. Geguritan kedis merupakan salah satunya. Sebagaimana tampak ekplisit dalam judul, geguritan kedis merupakan karya sastra geguritan yang berkisah tentang kedis ‘burung’. Ada sejumlah burung yang dilukiskan dalam karya ini, antara lain: sugem, titiran, cangak, kalutuk, kedis pekat, dan masih banyak lainnya. Keragaman spesies burung ini dilukiskan sedemikian rupa, menyesuaikan dengan aturan penciptaan (pada lingsa) karya sastra geguritan. Dari hasil pembacaan atas karya ini, dapat disimpulkan bahwa geguritan kedis merupakan sebuah potret atas keindahan sekaligus keanekaragaman spesies burung yang ada di Bali, yang dicoba ditranformasikan dalam struktus estetis karya sastra geguritan. Lewat geguritan ini pembaca disadarkan betapa kayanya spesies burung di Bali, yang beberapa di antaranya sudah tidak dikenal atau bahkan telah hilang dalam pembendaharaan memori masyarakat Bali. Karya ini sekaligus menjadi menjadi pintu masuk untuk memahami lingkungan dalam dimensi kebudayaan Bali.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/784 Inventarisasi Lontar Leksikografi Tradisional Koleksi Lembaga-lembaga di Bali 2023-12-29T10:39:10+00:00 Pande Putu Abdi Jaya Prawira dharmasidhi9@gmail.com <p>Manuskrip lontar di Bali memiliki bermacam-macam konten yang terkandung di dalamnya, termasuk ilmu bahasa dan rincian kosakata bahasa daerah yang bisa dijadikan panduan leksikografi tradisional. Inventarisasi untuk naskah-naskah ini perlu dilakukan guna mendokumentasikan sumber-sumber perkamusan tradisional. Kajian dalam tulisan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kodikologi dan tekstologi untuk mengelompokkan naskah-naskah leksikografi tradisional berdasarkan karakteristik, peruntukkan dan kandungan isinya. Fokus kajian ini pada masalah fisik dan isi dari naskahnaskah yang berhasil dikelompokkan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi pustaka dan lapangan dengan teknik catat dan eliminasi, sementara analisis data dilakukan dengan metode deskriptif-analitis dibantu teknik analisis konten, serta tahap penyajian data dengan metode informal. Hasilnya diperoleh catatan berupa daftar sejumlah naskah lontar yang mengandung muatan leksikografi tradisional dari sejumlah lembaga penyimpan lontar di Bali, yakni UPTD Gedong Kirtya Singaraja, Unit Lontar Universitas Udayana, Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali, Balai Bahasa Bali, Universitas Hindu Indonesia dan Universitas Dwijendra dalam jumlah yang berbeda-beda. Didapati pula bila masing-masing lontar bermuatan leksikografi tradisional koleksi lembaga punya karakteristik yang berbeda-beda dari segi bahasa, struktur dan bentuk. Inventarisasi dan deskripsi awal naskah-naskah bercorak leksikografi tradisional ini memiliki manfaat sebagai jembatan untuk mengkaji lebih dalam tentang cara leluhur mewariskan pengetahuan bahasa dan kehidupan literasinya.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/785 Kewajiban Raja Khmer Dalam Memperkokoh Jati Diri Bangsa 2023-12-29T10:44:57+00:00 Ida Bagus Sapta Jaya idabagussaptajaya@gmail.com <p>Pendiri kerajaan Angkor adalah raja Jayawarman II Mendirikan ibukota yangdiberi nama Indrapura, pada suatu tempatyang telah disamakan dengan peninggalanarkeologis Banteay Prei Nokor, di timurKompong Cham di daratan rendah Mekong.Pada zaman Raja Jayawarman II, seterusnya untuk selamabeberapa abad merupakan kewajiban bagisetiap raja Khmer untuk membangun candigunung untuk memuja lingga kerajaan yangmenyinari diri pribadi suci beliau, terbangunlah candi-candi besar yang menyemarakan daerah Angkor. Yasowarman I pendiri kota pertama Angkor, memilih bukti alam Phnom Bakheng, tempat didirikannya candinya, dan kota yang berkebang diberi nama Yasodharapura, Cita-cita memperkokoh jatidiri bangsa mengenai kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin pada kerajaan yaitu dengan adanya semboyan yang berbunyi; “marvuat vanua siddhayatra subhiksa” (suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur). Suatu kerajaan dan Negara yang adil dan makmur terwujud dalam kerajaan Khmer dilatarbelakangi kewajiban, setiap raja Khmer untuk membangun candi dalam memperkokoh jatidiri bangsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan sebuah identitas tentang jati diri kerajaan yangdapat ditempuh melalui kewajiban kerajaan sehingga dapat menciptakan sumber daya bangsa.Mengembalikan jati diri kerajaan menjadi kerajaan yang terdiri dari kewajiban yangberideologi kuat menanamkan nilai tradisi budayanya.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/786 Geguritan Korona Karana lan Kirana: Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna 2023-12-29T11:00:00+00:00 I Dewa Ayu Made Manis Suarningsih dewaayuu49@gmail.com Ni Made Ayu Dita Mustika Putri ditamustika1912@gmail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui bentuk, fungsi, makna dan cara kerjanya Geguritan Korona Karana lan Kirana secara sosial dan budaya. Geguritan Korona Karana lan Kirana memuat dari masa awal muncul virus covid-19 sampai dengan kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap penanganan virus covid-19 ini, serta mengingat kembali bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus covid-19. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori struktural, teori fungsional dan teori semiotika. Teori struktural diterapkan untuk meneliti bentuk, dan deskripsi struktural, sedangkan teori fungsional diterapkan untuk meneliti fungsi. Teori semiontika diterapkan untuk menentukan makna pada Geguritan Korona Karana lan Kirana. Terdapat tiga metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Metode penyediaan data digunakan metode kepustakaan dengan teknik wawancara dan dilengkapi dengan teknik mencatat; 2) Metode tahap analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif ditunjang dengan teori struktural; dan 3) Metode tahap penyajian analisis data, penulis menggunakan metode informal yang diuraikan dengan menggunakan untaian kata-kata biasa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini pertama Geguritan Korona Karana lan Kirana ini dikarang oleh I Made Suarsa dengan jumlah karya sastranya sekitar 37 lebih. Kedua Geguritan Korona Karana lan Kirana ini memuat tentang penanganan covid-19 yang mewabah di Bali. Ketiga di dalam Geguritan Korona Karana lan Kirana ini terdiri dari 10 jenis pupuh yang mempunyai aturan tersendiri (padalingsa; kaidah kata, kaidah numerik, dan kaidah rima) dalam medium Bahasa Bali, yang membahas tiga kompenen penting diantaranya; pamahbah, isi, dan penutup.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/787 Romantika dan Stilistika Bladbadan dalam Geguritan Kasmaran 2023-12-29T11:08:05+00:00 I Nyoman Duana Sutika duana_sutika@unud.ac.id <p>Geguritan Kasmaran merupakan salah satu karya sastra tembang tradisional Bali yang menonjolkan unsur-unsur gaya bahasa khas Bali berupa bladbadan. Geguritan ini hanya menyampaikan curahan hati pribadi pengarang secara monolog sebagai si aku lirik melalui metafora bahasa dan simbolik atau persamaan bunyi. Pengarang menyampaikan dan menuangkan kata-kata romantis berupa sanjungan, bujuk rayu, janji kesetiaan dan kerinduan kepada wanita idaman dengan gaya bahasa bladbadan. Bladbadan merupakan seni berbahasa Bali menggunakan bahasa kias (paribasa Bali) berupa kalimat tidak lengkap yang bagian tertentu dari kalimat tersebut dipanjangkan dengan cara memainkan persamaan bunyi atau permainan kata-kata terselubung yang artinya berbeda. Struktur bladbadan umumnya terdiri dari rangkaian kata atau kalimat pertama disebut giing/bantang, merujuk pada kata atau kalimat kedua yang sering disembunyikan disebut basa (arti), dan kata atau kalimat ketiga adalah makna dari kata atau kalimat yang dimaksud.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/788 Tinjauan Sederhana Penggunaan Adverbia dalam Bahasa Indonesia 2023-12-29T11:23:41+00:00 I Wayan Teguh wayanteguh38@yahoo.co.id <p>Adverbia merupakan kategori gramatikal yang mendampingi kategori verba, adjektiva, numeralia, dan adverbia yang lain. Adverbia digunakan sebagai penanda aspek, modalitas, kuantitas, kualitas, dan penanda fungsi-fungsi sintaksis. Sebagai penanda aspek, adverbia menandai aspek inkoatif, duratif, imperfektif, dan perfektif. Sebagai penanda modalitas, adverbia menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut peristiwa, sifat, keadaan, atau perbuatan. Sebagai penanda kuantitas, adverbia menerangkan frekuensi terjadinya suatu peristiwa, sifat, keadaan, atau perbuatan. Di pihak lain sebagai penanda kualitas, adverbia menerangkan nilai suatu perbuatan, sifat, keadaan, atau peristiwa yang terjadi. Ditinjau dari penggunaan di dalam fungsi sintaksis, adverbia pada umumnya menerangkan fungsi predikat kalimat. Hal itu terjadi karena fungsi predikat dalam kalimat bahasa Indonesia biasanya diisi oleh kategori verba. Di samping itu, adverbia juga dapat menerangkan fungsi subjek dan keterangan, terutama yang diisi oleh kategori numeralia.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/789 Campur Kode dalam Komunikasi Generasi Muda Bali dengan Para Pandita di Kota Denpasar 2023-12-29T20:34:47+00:00 Putu Gede Suarya Natha suarya.natha@unud.ac.id <p>Bali memiliki konsep ruang dan waktu yang diakomodasi dalam ragam bahasanya yakni bahasa Bali alus dan kepara atau andap. Kedua ragam bahasa Bali tersebut digunakan dengan melihat aspek-aspek komunikasi di luar aspek bahasa seperti konteks dan latar belakang komunikator. Namun, kemampuan berbahasa Bali alus di kalangan generasi muda Bali masa kini mulai menurun. Kegiatan komunikasi yang menggunakan bahasa Bali khususnya pada generasi muda di masa kini juga terbilang jarang terjadi terutama di daerah ibu kota Denpasar. Kegiatan komunikasi berbahasa Bali khususnya ragam bahasa Bali alus, umumnya hanya terjadi di griya (kediaman pandita atau pendeta Hindu di Bali). Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana keadaan bahasa Bali dan sejauh mana bahasa Bali alus (sor singgih basa) itu digunakan oleh generasi muda Bali masa kini. Tulisan ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan di beberapa Griya di Kota Denpasar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teori etnografi komunikasi Hymes dan speech code dari Philipsen yang merupakan pengembangan teori Hymes. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa Bali kurang dikuasai oleh generasi muda Bali. Karena kurang menguasai bahasa Bali (sor singgih basa) maka generasi muda ketika berbicara dengan para pendeta menggunakan strategi campur kode. Dari bentuk-bentuk campur kode yang digunakan, terdapat beberapa bentuk speech code yang sering kali muncul, di antaranya: ucapan doa atau salam Om Swastiastu; kata ganti titiang, Ratu; dan nomina abstrak ampura, sugra, nunas, dan suksma. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa campur kode yang dilakukan merupakan suatu bentuk adab atau kesantunan dari komunikator.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/790 Latar Daerah Sumba dalam Cerpen Bilang Saja Saya Sudah Mati Karya Aster Bili Bora 2023-12-30T09:17:30+00:00 Sri Jumadiah sri_jumadiah@unud.ac.id Maria Matildis Banda mbanda574@gmail.com <p>Pengorbanan Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri menjadi salah satu pusat perhatian sastrawan. Salah satunya cerpen “Bilang Saja Saya Sudah Mati” karya Aster Bili Bora. Tokoh utama cerpen ini bekerja sebagai TKW. Bekerja keras untuk kebutuhan hidup keluarganya. Akan tetapi ternyata penghasilannya sebagai TKW digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan “hantaran” adat kematian. Alur, karakter tokoh, dan latar cerita diungkapkan melalui pendekatan struktur naratif dan sosiologi sastra. Menggunakan metode deskriptif analitik dengan data utama berupa teks cerpen. Tujuannya untuk mendapatkan penjelasan tentang adat istiadat dalam sastra sebagai cermin realitas sosial budaya. Hasilnya: 1) pengorbanan tokoh utama (TKW) dihadapkan dengan adat istiadat masyarakat Sumba yang dominan; 2) keputusasaan yang diformulasikan dalam ungkapan “Kerja Muntah Darah” atau kerja banting tulang, kerja keras; dan 3) upaya menghilangkan jejak dalam menyelesaikan masalah dan tekanan hidup akibat beban adat-istiadat yang berat.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/791 Transaksi Gadai di Desa Tenganan Dauh Tukad Karangasem, Bali pada Pertengahan Abad XIX Hingga Awal Abad XX 2023-12-30T09:37:51+00:00 Ida Ayu Wirasmini Sidemen idaayuwirasmini@gmail.com <p>Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia berkaitan dengan ekonomi, yaitu lembaga keuangan bukan bank. Salah satu lembaga keuangan bukan bank adalah pegadaian. Pegadaian adalah usaha gadai yang aktivitasnya menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak pegadaian, untuk memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan, serta barang yang digadaikan dapat ditebus kembali. Lembaga pegadaian yang ada pada masa kini, menarik penulis untuk mengetahui dan menganalisis gadai yang berlangsung di masyarakat desa Tenganan Dauh Tukad Karangasem, pada pertengahan Abad XIX (sekitar tahun 1830) hingga awal Abad XX (sekitar tahun 1927). Periode ini berdasarkan temuan sumber dalam bentuk pipil. Walaupun pada masa itu belum ada lembaga gadai seperti pada masa kini, namun transaksi gadai sah atau legal, karena tertuang dalam bentuk pipil (daun lontar yang berlidi). Pada periode tersebut, di Desa Tenganan Dauh Tukad, Karangasem, telah berlangsung transaksi gadai antara pihak desa dengan warga desa dan transaksi gadai antar warga desa. Dalam pipil antara lain disuratkan pihak yang menggadaikan, pihak penggadai, benda atau barang yang digadai berupa adalah sawah atau benda berupa gelang perak, nilai gadai, saksi, mekanisme gadai serta tahun transaksi. Jejak sejarah berupa tahun Saka yang tersurat dalam pipil, sangat penting bagi peneliti sebagai petunjuk bukti waktu berlangsung transaksi gadai. Transaksi gadai yang tertuang dalam pipil tersebut tetap berlangsung, walaupun ketika itu Bali berada dibawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/792 Kajian Wacana Novel Satyaning Ati Karya I Komang Alit Yuliartha 2023-12-30T09:49:53+00:00 Luh Putu Puspawati puspawati1960@yahoo.co.id <p>Novel berbahasa bali ini ditulis oleh I Komang Alit Yuliartha, pada tahun 2015 yang berisikan tentang kisah perjalanan hidup mulai remaja hingga berkeluarga. Kisah suka dan duka dalam keluarga diceritakan dalam novel ini. Tampak dalam cerita menonjolkan kehidupan seharihari tokohnya.Tokoh laki-laki bernama Wayan, ketika masih remaja ia bekerja menjadi sales penjual sepatu, dengan pekerjaan ini ia bisa hidup cukup dan pekerjaan ini sangat disenanginya. Dari hasil pekerjaan ini ia dapat menabung dan memberikan sebagian kepada ibunya, namun ia belum dapat membantu keluarga untuk membuatkan rumah. Perkenalannya dengan seorang gadis memberikan suasana kehidupan baru. Gadis itu bernama Putu Mila yang akhirnya menjalin cinta. Wanita itu bekerja di Super Market. Berikutnya kisah cintanya tidak berlanjut, ibunya menjodohkan Wayan dengan Nyoman Rasmini namun ia tidak menerimanya. Novel ini disusun dalam bagian-bagian episode (mulai dari satu sampai dua puluh bagian) secara bersambung. Kajian ini menggunakan teori wacana yang dipandang dapat mengkaji Novel Satyaning Hati.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/793 Komposisi Kalimat Panjang: Problematika Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Mahasiswa Non-Bahasa Inggris 2023-12-30T10:05:17+00:00 Ni Ketut Alit Ida Setianingsih ida_setianingsih@unud.ac.id I Gusti Ngurah Parthama ngurah_parthama@unud.ac.id Ni Luh Kade Yuliani Giri yuliani_giri@unud.ac.id <p>Artikel ini membahas problematika kemampuan menulis bahasa Inggris yang dihadapi mahasiswa non-bahasa Inggris. Problematika menulis yang ditemui pada mahasiswa tersebut adalah membuat komposisi kalimat panjang. Komposisi kalimat panjang atau dikenal dengan kalimat majemuk dalam bahasa Inggris dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang muncul seperti ketidakterbacaan, ketiadaan pemahaman makna yang disampaikan, ide-ide yang bercampur, dan tentunya kekurangmampuan mahasiswa dalam penggunaan tanda baca maupun kata-kata hubung. Seperti halnya bahasa Indonesia, bahasa Inggris mempunyai bentuk sederhana dalam komposisi kalimat. Kalimat yang dipergunakan lebih dominan menggunakan struktur subyek-predikat-obyek dan keterangan. Penggunaan gabungan beberapa kalimat sangat terbatas. Sumber data diambil dari penugasan menulis mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana. Data berupa esai singkat mengenai kondisi perekonomian Indonesia setelah pandemi Covid-19. Data diambil dengan cara stratified random sampling yaitu memilah sample dari ketiga program studi yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi. Metode itu ditunjang dengan teknik membaca rinci, memilah data, pencatatan, dan pengklasifikasian data. Metode analisa data dilakukan secara qualitatif. Data dianalisa secara deskriptif berdasarkan pada teori dan kajian terkait dengan pembelajaran terkait penulisan dalam bahasa Inggris dan kesalahan yang dilakukan. Temuan yang diperoleh adalah komposisi kalimat panjang menyebabkan informasi sulit dipahami. Selain itu, pemenggalan yang terjadi hanya ditandai dengan tanda baca atau kata-kata hubung. Komposisi kalimat panjang juga diakibatkan adanya pengaruh dari bahasa Indonesia sehingga menyebabkan makna atau ide yang hendak disampaikan justru lebih dekat dalam pemahaman bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Inggris.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/794 Analisis Unsur Intrinsik dan Aspek Sosial pada Cerpen Ngantre, oleh: IBW Widiasa Keniten 2023-12-30T10:15:26+00:00 Ida Ayu Trisna Purnam Jayanti dayutrisna2002@gmail.com Ni Ketut Dian Trisna Agustya diaantrisna03@gmail.com <p>Karya sastra adalah ungkapan perasaan manusia yang bersifat pribadi yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat. keyakinan dalam bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkn pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuktulisan. Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen Cerpen atau cerita pendek merupakan prosa fiksi yang menceritakan tentang suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Penelitian ini lebih menekankan pada Teori Sosiologi Sastra dan Teori Strukturalisme. Teori ini dikembangkan berdasarkan penelitian awal yaitu tentang Teori Sosiologi Sastra disertai dengan Teori Strukturalisme. Sosiologi sastra adalah salah satu pendekatan dalam kajian sastra yang memahami dan menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi sosial atau kemasyarakatan, sedangkan Strukturalisme mengkaji tentang struktur karya sastra dimana struktur itu merupakan satu kesatuan yang bulat dengan arti lain tidak dapat berdiri sendiri di luar dari pada struktur itu. Penelitian ini ditujukan kepada masyarakat umum dengan memfokuskan pada objeknya yaitu Sosial Budaya dan kepercayaan masyarakat. Fokus dalam analisis karya ilmiah ini adalah: 1. Bagaimana Unsur Intrinsik dalam cerpen "Ngantre"? 2. Bagaimana Aspek Sosial dalam cerpen "Ngantre"?. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah: Adapun tujuan umum dari penulisan karya ilmiah ini yaitu agar dapat membantu pelajar dan masyarakat yang memperhatikan Budaya Bali melalui informasi yang di dapatkan dalam analisis ini, yaitu tentang kesusastraan Bali Modern khususnya Cerpen, 2. Adapun tujuan khusus dari penulisan karya sastra ini adalah untuk mengetahui unsur intrinsik dan aspek sosial pembentuk dari cerpen bali modern khususnya pada cerpen yang berjudul Ngantre karya IBW Widiasa Keniten. Selain hal itu, tujuan khusus kajian ini mencakup unsur – unsur pembentuk yang terkandung dalam cerpen ngantre. Dalam analisis karya ilmiah ini penulis menggunakan beberapa metode. Metode yang di gunakan adalah metode penyedian data, metode analisis data, metode penyajian hasil analisis. Hasil dari analisis dan pembahasan karya ilmiah ini yaitu: 1. Terdapat unsur Intrinsik dalam cerpen Ngantre karya IBW Widiasa Keniten terdiri dari alur, insiden, tokoh dan penokohan, latar, tema, amanat. 2. Terdapat unsur Ekstrinsik dalam cerpen Ngantre karya IBW Widiasa Keniten. Dimana sang penulis menggunakan aspek sosial, moral, etika, keadaan ekonomi, ketaatan beagama, dan latar belakang Pendidikan.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/795 Memperkokoh Jati Diri Bangsa melalui Identitas Nyama Selam Pegayaman 2023-12-30T10:30:16+00:00 Gede Budarsa gede.budarsa@unud.ac.id Ida Bagus Oka Wedasantara okawedasantara@unud.ac.id Aliffiati aliffiati@unud.ac.id <p>Nama adalah identitas dasar bagi seseorang. Masyarakat Muslim Pegayaman memiliki bentuk penamaan yang khas yang telah mengintegrasikan budaya Hindu Bali. Tulisan ini berupaya mendalami bentuk penamaan diri muslim Pegayaman dengan pokok bahasan sistem penentuan nama, penamaan berdasarkan urutan lahir dan penamaan dengan nuansa Islami. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penamaan anak pada masyarakat Pegayaman berdasarkan urutan kelahiran mengikuti sistem penamaan budaya Hindu Bali, yaitu Wayan, Nengah, Nyoman dan Ketut. Bentuk penamaan berdasarkan jenis kelamin juga ditemukan, yaitu Siti untuk kelompok perempuan dan Muhammad untuk kelompok laki-laki. Nama ini dipadukan dengan nama-nama bernuansa Islami yang diambil dari tokoh Islam, nama Nabi, ajaran Islam, tokoh nasional dan sebagainya. Temuan ini menunjukkan bentuk penamaan pada masyarakat Muslim Pegayaman memiliki kompleksitas tinggi. Kompleksitas ini tidak terlepas dari integrasi budaya Bali dalam kehidupan mereka. Fenomena ini menunjukkan masyarakat Pegayaman memiliki sikap toleransi yang tinggi, moderat dan inklusif</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/796 Pemertahanan Bahasa Daerah Dalam Novel Suara Samudra Karya Maria Matildis Banda 2023-12-30T10:38:31+00:00 Ni Putu N. Widarsini putuwidarsini@gmail.com I Gusti Ngurah Mayun Susandhika mayunsusandhika@unud.ac.id <p>Suatu karya sastra, seperti novel diwujudkan dengan media bahasa. Pilihan bahasa yang digunakan penulisnya dapat berbeda-beda. Terkadang penulis novel yang bilingual/multilingual tidak hanya menggunakan satu bahasa. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan eksistensi dan penggunaan bahasa daerah dalam novel Suara Samudra karya Maria Matildis Banda. Data dipilih dengan teknik purposive sampling dan dikumpulkan dengan cara menyimak novel tersebut. Kemudian, data dianalisis berdasarkan konteks pemakaiannya secara kritis karena studi ini merupakan studi kualitatif kritis. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan bahasa daerah dalam novel Suara Samudra karya Maria Matildis Banda itu terutama leksikon bahasa Lamalera didasari atas alur cerita, latar, dan tokoh dalam novel serta kuasa penulisnya sebagai upaya tertentu. Penulisnya berupaya mengangkat tradisi dan budaya daerah dalam novel; memperkenalkan dan menyosialisasikan tradisi daerah dalam novel; melestarikan/mempertahankan bahasa daerah yang merupakan aset berharga bagi komunitas dan budaya setempat; serta dalam rangka ikut berperan serta melindungi keanekaragaman budaya dan menghormati identitas lokal.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya https://ejournal1.unud.ac.id/index.php/snbsb/article/view/806 Analisis Implementasi Ajaran Putra Sasana Dalam Cerita Pendek Tanah Lekad Karya Ni Wayan Antari 2023-12-31T16:22:09+00:00 Putu Dian Agustina dianagustina2003@gmail.com Kadek Dinda Aryantha Sarin dindaaryantha37@gmail.com <p>Karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil kegiatan kreatif dari suatu segi kebudayaan yang merupakan buah pemikiran, perasaan, dan pengungkapan pengarang melalui bahasa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat (Zaimar, 1990: 2). Salah satu bentuk karya sastra yang cukup digemari khususnya oleh para remaja adalah cerpen. Cerpen adalah karya sastra yang dituliskan secara singkat dan bersifat fiksi namun kejadian yang tertuliskan seringkali mencerminkan kehidupan sosial masyarakat. Salah satu contohnya adalah cerpen Tanah Lekad yang dikarang oleh Ni Wayan Antari. Cerpen ini mengisahkan kehidupan seorang suami istri yang tergolong mapan hingga terlena dengan kehidupan duniawi. Cerita diawali dengan Nyoman Karta yang merasa kesakitan akibat penyakit yang belum diketahui penyebab pastinya, tubuhnya terasa panas membara, serta dadanya sakit. Masalah-masalah yang terjadi dalam cerpen ini pun tidak terlepas dari masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Terkhusus kasus seorang anak yang durhaka kerap kali kita jumpai di dewasa ini dan makin jelas terlihat di kehidupan masyarakat saat ini. Seorang anak yang memperlakukan ibunya dengan sangat memprihatinkan hingga tak segan menghabisi nyawa. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan tentang ajaran Putra Sasana yang memuat etika dalam prinsip-prinsip moral dan tata krama bagi seorang anak sebagai sebuah resolusi konflik yang termuat dalam Cerpen Tanah Lekad dalam menghadapi problematika yang terjadi. Teori yang digunakan dalam melakukan analisis adalah teori struktutal menurut pendapat Teeuw dan Nurgiyantoro serta teori sosiologi sastra menurut pendapat Wellek dan Werren yaitu pendekatan sosiologi karya sastra. Terdapat 3 tahapan metode yang digunakan dalam analisis, yaitu 1) tahap penyediaan data, 2) tahap analisis data, 3) tahap penyajian hasil analisis data.</p> 2023-12-27T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Budaya